Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjawab pertanyaan awak media saat ditemui di kawasan DPR RI Senayan Jakarta, Rabu (3/9/2025). ANTARA/Harianto
Kami menjamin beras dengan harga terjangkau tersedia di pasar tradisional, ritel modern, hingga warung-warung kecil
Jakarta (ANTARA) – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memastikan pasokan beras Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) akan membanjiri pasar tradisional hingga ritel modern dengan harga terjangkau bagi masyarakat luas di tengah hasil panen melimpah.
Mentan mengatakan pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perum Bulog, terus mengaktifkan program beras SPHP di seluruh wilayah Indonesia.
"Dengan melimpahnya hasil panen, kami memastikan pasokan beras SPHP akan terus membanjiri pasar. Kami menjamin beras dengan harga terjangkau tersedia di pasar tradisional, ritel modern, hingga warung-warung kecil," kata Mentan dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Ia menegaskan kenaikan harga beras adalah sebuah anomali dan bukan disebabkan oleh kurangnya produksi.
"Alhamdulillah, produksi beras kita aman. Ketahanan pangan kita cukup aman. Bahkan, kami mencatat (potensi) surplus hingga 3,7 juta ton hingga Oktober ini, sesuai dengan data BPS. Ini adalah hasil kerja keras petani. Kenaikan harga ini anomali, dan kami akan perbaiki bersama," ujar Menteri.
Dengan demikian dia menekankan tidak ada alasan bagi harga beras untuk naik, karena stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada di gudang Perum Bulog sangat aman tercatat kurang lebih 3,9 juta ton.
Pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh isu-isu yang tidak bertanggung jawab.
"Kami menjamin ketersediaan stok, dan kami akan menindak tegas pihak-pihak yang sengaja menimbun atau melakukan spekulasi yang merugikan masyarakat," kata Mentan.
Pemerintah memastikan kondisi pasokan beras nasional sangat aman dan terkendali seiring dengan berlangsungnya panen raya di berbagai wilayah.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengonfirmasi potensi luas panen dan produksi gabah kering giling (GKG) selama periode Agustus–Oktober 2025 menunjukkan tren kenaikan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan rilis Berita Resmi Statistik pada 1 September 2025, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Pudji Ismartini menjelaskan produksi padi dari Agustus hingga Oktober 2025 diperkirakan sebesar 15,80 juta ton GKG, naik 4,16 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Secara kumulatif, total produksi padi dari Januari hingga Oktober 2025 diperkirakan mencapai 53,87 juta ton GKG, meningkat 12,17 persen. Kenaikan produksi itu didorong bertambahnya luas panen yang signifikan.
Panen raya tersebar di 10 provinsi dan 10 kabupaten/kota dengan potensi luas panen tertinggi. Data BPS menunjukkan panen raya terkonsentrasi di sejumlah sentra produksi padi.
Total potensi luas panen pada periode Agustus-Oktober 2025 tersebar di 10 provinsi dengan potensi terbesar, antara lain di Pulau Jawa terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat serta Banten.
Selain itu, potensi panen besar juga ada di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Aceh, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Selatan.
Panen tersebut juga terjadi di 10 kabupaten/kota dengan potensi panen tertinggi pada September ini, di antaranya Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (potensi produksi GKG mencapai 235,57 ribu ton), Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Selatan (potensi produksi GKG mencapai 97,94 ribu ton), Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (potensi produksi GKG mencapai 113,46 ribu ton).
Sebelumnya Badan Pangan Nasional (Bapanas) menegaskan pemerintah bersama pemangku kepentingan segera memasifkan penyaluran beras Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di ritel modern guna menjaga ketersediaan serta menyeimbangkan harga pangan nasional.
"Ini untuk mengimbangi adanya pergeseran distribusi perberasan ke pasar tradisional," kata Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa dalam Rapat Koordinasi Optimalisasi Penyaluran Beras SPHP yang digelar secara daring di Jakarta, Rabu (3/9).
Bapanas mencatat realisasi penjualan beras SPHP untuk periode Juli-Desember per 3 September telah mencapai 126,2 ribu ton dari target 1,3 juta ton hingga akhir 2025.
Baca juga: Mentan tegaskan bangun ekosistem pangan sehat dari hulu hingga hilir
Baca juga: Anggaran Kementan di 2026 jadi Rp40 triliun untuk swasembada pangan
Baca juga: Mentan: Berkat petani RI tidak impor beras sepanjang 2025
Pewarta: Muhammad HariantoEditor: Agus Salim Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.